Personil BPBD Kabupaten Magelang saat menanaman rumput vetiver di tebing bekas longsor di Dusun Gejiwan, Desa Krasak, Kecamatan Salaman.
Bencana tanah longsor memang menjadi cerita
yang setiap tahunnya terjadi di Kabupaten Magelang, walaupun dengan skala yang
berbeda. Sebab, berdasarkan kajian risiko bencana Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang, mayoritas daerah di Kabupaten Magelang adalah
rawan longsor dengan kategori sedang hingga tinggi. Bahkan, sejak awal tahun
hingga akhir februari 2024, telah terjadi 70 kali peristiwa bencana longsor
dengan skala kecil hingga besar.
Melihat kondisi tersebut, Badan
Penanggulangan Bencana (BPBD) Kabupaten Magelang mengambil langkah rehabitilasi lahan-lahan pasca
longsor di Kabupaten Magelang. Pada tahun ini telah teragendakan tujuh lokasi
daerah rawan longsor dan bekas terjadinya longsoran yang akan dilakukan
penanaman tanaman vetiver.
Ketujuh lokasi yang akan dilakukan penanaman
vetiver yaitu Dusun Gejiwan Desa Krasak, Dusun Pandansari Desa Kalisalak, dan
Dusun Kembang I Desa Jebengsari Kecamatan Salaman. Kemudian di Dusun
Tlahapjurang Desa Lesanpuro, Dusun Sabrang Desa Wuwuharjo, Kecamatan Kajoran.
Selanjutnya di Dusun Miriombo Desa Giripurno, Borobudur dan Dusun Drepowangsan
Desa Tejosari Ngablak.
Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi
BPBD Kabupaten Magelang, Teguh Hardiyono, menjelaskan dipilihnya lokasi-lokasi
tersebut berdasarkan pertimbangan dan kajian yang sudah dilakukan pihaknya.
Salah satunya yaitu kecukupan sinar matahari di lokasi yang akan ditanam.
“Secara teori vetiver ini termasuk tanaman C4
karakteristik tanaman tersebut membutuhkan akses sinar matahari secara
langsung, kebetulan lokasi-lokasi yang kita tanam berada di lokasi yang cukup
ideal sinar mataharinya. Kemudian pertimbangan selanjutnya lokasi tersebut
memang sudah beberapa kali terjadi longsor dan disitu ada hunian yang terancam”
ungkapnya, Kamis, 21 Maret 2024.
Teguh mengatakan, dalam penanganan bencana
prioritas utama adalah menyalamatkan jiwa manusia. Namun demikian upaya
penanggulangan bencana dengan sistem penanaman vetiver bukan cara utama dalam
upaya pencegahan tanah longsor.
“Perlu dipahami juga vetiver ini bukan
segalanya, artinya harus ada pendekatan yang lain secara simultan dilakukan,
contoh bagaimana mengatur tata Kelola air di sekitar, karena yang namanya
bencana longsor itu kalau kita amati yang paling dominan karena faktor air, itu
bisa kita cek” teranganya.
Mengenai sistem penanamannya sendiri, Teguh menjelaskan, sangat praktis, tidak mahal, mudah dipelihara, dan sangat efektif dalam mengontrol erosi dan sedimentasi tanah, konservasi air, serta stabilisasi dan rehabilitasi lahan.
“Vetiver juga mudah
dikendalikan karena tidak menghasilkan bunga dan biji yang dapat cepat menyebar
liar seperti alang-alang atau rerumputan lainnya. Keistimewaan vetiver sebagai
tanaman ekologis disebabkan oleh sistem perakarannya yang unik. Tanaman ini memiliki
akar serabut yang masuk sangat jauh ke dalam tanah saat ini rekor akar vetiver
terpanjang adalah 5.2 meter.” Jelasnya.
Created At : 2024-03-22 00:00:00 Oleh : Rian Kurniawan Artikel Dibaca : 236