Hadapi Fenomena El Nino BPBD Kabupaten Magelang Gelar Rakor PRB


Created At : 2023-05-30 00:00:00 Oleh : Triyono Aswad Berita Utama Dibaca : 652

Magelang, 30/5/23


Secara pasti BMKG telah merilis bahwa pada tahun 2023 ini fenomena El-Nino akan kembali terjadi di wilayah Indonesia, hal itu disampaikan berdasarkan data yang diperoleh dari pemantauan yaitu adanya anomali SST Pasifik di wilayah Nino 3.4 diprediksi menuju anomali positif pada bulan Juni yang kemudian akan meluas dan menguat hingga November 2023, selain itu adanya anomali SST wilayah samudera Hindia bagian timur diprediksi mendingin, sedangkan bagian barat diprediksi normal hingga hangat hingga November 2023.

BPBD Kabupaten Magelang segera mengambil langkah untuk antisipasi kemungkinan dampak terburuk dari fenomena ini diantara dampak buruk tersebut  adalah  pada sektor kekurangan air bersih, pertanian dan potensi kebakaran lahan dan hutan, untuk itu pada Selasa (30/3) dilaksanakan Rapat Koordinasi dengan para pemangku kepentingan seperti BMKG Jawa Tengah Stasiun Semarang, TNGMb, BPPTKG, OPD terkait, DPRD Kabupaten Magelang komisi IV, Camat,  kades dan TRC yang wilayahnya berpotensi terdampak serta Satgas PB.

Seperti yang telah disampaikan oleh pihak BMKG sebagai perbandingan saja bahwa dampak dari ENSO/El-Nino pada musim kemarau tahun 2015 di Jawa, Bali dan Nusa Tenggara terjadi deficit air sekitar 20 milyar meter kubik, kekeringan telah melanda 16 provinsi yang meliputi 102 Kabupaten/Kota dan 721 Kecamatan di Indonesia hingga akhir 2015, sejumlah 111 ribu hektar sawah mengalami kekeringan, lebih lanjut dalam 30 tahun terakhir El Nino berefek negative terparah terjadi pada tahun 1997/1988, dari catatan ADB (Asian Development Bank) pada tahun tersebut 9,8 juta hektar hutan di Indonesia terbakar.

Khusus untuk Kabupaten Magelang BMKG merilis prakiraan curah hujan dari Juni- Agustus 2023 sudah mengalami penurunan dan tergolong rendah yaitu sekitar 50-100mm, pada bulan Juli pada umumnya di Kabupaten Magelang mengalami penurunan kembali curah hujan yaitu hanya sekitar 0-50mm.

Penurunan intensitas hujan akan memberikan dampak kekurangan air serta potensi kebakaran lahan dan hutan, untuk itu BMKG memberikan warning kepada Kabupaten Magelang untuk intens memantau daerah-daerah hutan dan lahan yang berhumus dipermukaan, banyaknya sampah dedaunan kering di area hutan, vegetasi alang-alang dan bahan ringan lainnya agar lebih waspada pada potensi kebakaran lahan dan hutan.


Selain dari BMKG, BPBD Kabupaten Magelang juga mengundang BPPTKG sebagai narasumber pada acara rakor kali ini yang tentunya erat berkaitan dengan status gunung Merapi yang sampai dengan saat ini masih pada level III ( Siaga), menengok tahun 2020 yang lalu pada saat musim kemarau dengan fenomena El Nino gunung Merapi mengalami erupsi efusif yang melontarkan material bebatuan panas dan mengakibatkan beberapa lokasi area hutan di 2 km dari puncak terbakar, tentunya  informasi tentang perkembangan Merapi terkini menjadi sangat penting untuk antisipasi segala kemungkinan.

Kepala BPPTKG Agus Budi Santoso mengatakan “Ada potensi bahaya lain dimana pada sektor barat laut gunung Merapi terjadi pergerakan atau inflasi”. Menurutnya , ada deformasi pada lokasi dua kubah lava aktif Merapi yaitu yang berada di tengah kawah dan barat daya. “ Ini sesuatu yang unik namun  berpotensi bahaya sehingga perlu kami sampaikan kepada masyarakat”.

Dalam pungkasan rakor PRB ini Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Magelang Edi Wasono, S.H mengatakan bahwa Kabupaten Magelang melalui BPBD telah menyiapkan pemetaan, persiapan serta rencana aksi untuk menghadapi El Nino namun sinergitas dengan Lembaga, Masyarakat, Dunia usaha dan Para pemangku kepentingan lainnya harus lebih ditingkatkan agar dapat secara cepat dan tepat mengatasi kebencanaan yang terjadi dimasyarakat  sesuai dengan apa yang telah diamanatkan oleh undang-undang tentang kebencanaan. (admin r34)

GALERI FOTO

Agenda

Tidak ada acara