Infografis Kejadian Bencana Kabupaten Magelang 2020 (1 Januari 2020 – 31 Desember 2020)


Created At : 2021-01-12 00:00:00 Oleh : MUFLICHAH ROYCHANI Berita Utama Dibaca : 7273


Tren Bencana 5 Tahun Terakhir

 

Data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang menunjukkan sejak tahun 2015 hingga 2020 kejadian bencana di Kabupaten Magelang mengalami fluktuasi secara jumlah. Tahun 2015 hingga 2019 secara umum terjadi kenaikan, namun kenaikan paling signifikan terjadi dari tahun 2018 ke tahun 2019, bertambah sebanyak 177 kejadian bencana. Tren penurunan cukup tajam justru terjadi dari tahun 2019 ke tahun 2020, dari 624 kali menjadi 417 kali kejadian bencana.

 

Memasuki triwulan terakhir di Tahun 2020, kejadian bencana hidrometeorologi mendominasi bencana di Kabupaten Magelang. Lebih dari 79% kejadian bencana yang terjadi merupakan bencana hidrometeorologi. Masing-masing tanah longsor 54%, angin kencang 24%, dan banjir 1%.  Selama Januari - Desember 2020, telah terjadi 428 kejadian bencana yang menyebabkan 8 orang luka - luka dan lebih dari 800 orang mengungsi & terdampak. Selain menyebabkan korban jiwa, bencana yang terjadi juga menyebabkan kerusakan materiil diantaranya sebanyak 320 unit rumah rusak (16 unit rusak berat, 25 unit rusak sedang, dan 279 unit rusak ringan).

 

Bencana Hidrometeorologi

 

Tahun 2020 ini, kejadian tanah longsor merupakan kejadian yang paling banyak terjadi di Kabupaten Magelang. Tercatat sebanyak 253 kali kejadian bencana tanah longsor. Angin kencang/puting beliung terjadi sebanyak 103 kali dan banjir terjadi sebanyak 3 kali. Kejadian bencana hidrometeorologi ini terjadi hampir di seluruh kecamatan di Kabupaten Magelang, dikarenakan Kabupaten Magelang memiliki musim penghujan yang lebih lama ditambah lagi dengan adanya fenomena La Nina di akhir tahun yang dapat meningkatkan akumulasi curah hujan yang dapat memicu terjadinya bencana hidrometeorologi menjadi semakin sering terjadi.

 

Menurut BMKG, musim hujan tahun 2020/2021 diwarnai oleh fenomena iklim global La Nina yang terjadi sejak awal Oktober 2020 dan diperkirakan berlangsung hingga April 2021 dengan intensitas La Nina lemah hingga moderat. Terkait dengan hal itu, diperkirakan Kabupaten Magelang akan mengalami curah hujan di atas normal pada musim hujan 2020/2021. Fenomena La Nina dapat menimbulkan dampak terjadinya bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, angin kencang, dan angin puting beliung.

 

Hal yang menjadi faktor penyebab lain adalah topografi wilayah Kabupaten Magelang yang beragam. Secara umum Kabupaten Magelang memiliki Topografi datar 8.599 Ha, bergelombang 44.784 Ha, curam 41.037 Ha dan sangat curam 14.155 Ha. Terletak di ketinggian antara 200 – 1300 mdpl dengan ketinggian rata-rata 360 mdpl. Morfologi berbentuk basin (cekungan) yang dikelilingi 5 gunung (Merapi, Merbabu, Andong, Telomoyo, dan Sumbing) dan 1 pegunungan yakni Pegunungan Menoreh memanjang dari selatan (Kecamatan Borobudur) hingga barat daya (Kecamatan Salaman) wilayah. Kondisi demikian memicu banyaknya kejadian tanah longsor di Kabupaten Magelang.

 

Kecamatan Salaman menjadi daerah paling sering terjadi tanah longsor, sejumlah 48 kali, kemudian Kecamatan Kajoran 38 kali, Kecamatan Borobudur 32 kali. Hampir seluruh kecamatan pernah terjadi tanah longsor kecuali Kecamatan Salam dan Kecamatan Srumbung. Sementara itu Kecamatan Mertoyudan menjadi daerah dengan kejadian angin kencang paling banyak, yakni 17 kali. Diikuti Kecamatan Borobudur 10 kali. Hanya Kecamatan Grabag yang nihil kejadian angin kencang.

 

Kenaikan Status Gunung Merapi

 

Selain bencana hidrometeorologi, aktivitas vulkanik juga mengalami peningkatan, dalam hal ini adalah Gunung Merapi. Sejak dinaikkannya status dari normal (level I) menjadi waspada (level II) oleh Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) pada 21 Mei 2018 silam, Merapi terus menunjukkan aktifitasnya. Hingga pada tanggal 5 November 2020 pukul 12.00 WIB dinaikkan statusnya menjadi siaga (level III). BPPTKG mencatat telah terjadi letusan sebanyak 11 kali pada tahun 2020 ini.

BPPTKG juga telah merilis rekomendasi prakiraan daerah bahaya di Kabupaten Magelang yaitu Desa Ngargomulyo, Desa Krinjing, dan Desa Paten, Kecamatan Dukun untuk mengungsi. Menindaklanjuti hal tersebut BPBD telah mengerahkan sumber daya yang dimiliki & terus berkoordinasi dengan seluruh sektor penanggulangan bencana di Kabupaten Magelang untuk memastikan evakuasi pengungsi berjalan dengan lancar dan para pengungsi terlayani dengan baik.

 

Pada status Siaga (Level III) tersebut pengungsi diprioritaskan pada kelompok rentan meliputi Ibu hamil, anak-anak, penyandang disabilitas, dan lansia. Dari data yang dihimpun oleh Pusdalops BPBD Kabupaten Magelang sampai dengan hari ini Rabu (11/11) jumlah pengungsi kelompok rentan berserta pendamping yang sudah melakukan evakuasi yaitu 836 orang. Dengan rincian pengungsi dari Desa Krinjing menuju TEA Desa Deyangan yaitu sebanyak 117 orang, Desa Ngargomulyo menuju TEA Desa Tamanagung sebanyak 145 orang serta Desa Paten menuju TEA Desa Banyurojo dan Mertoyudan yaitu 442 orang, dan Desa Ngargomulyo menuju TEA Desa Ngrajek sebanyak 132 orang.

 

Pemerintah Kabupaten Magelang memastikan semua pengungsi terlayani secara baik di tengah Pandemi Covid-19 ini dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat, antara lain pelaksanaan rapid test, pengecekan kesehatan secara rutin dan penggunaan sekat-sekat pembatas ruangan untuk masing-masing keluarga di tempat pengungsian. Selain itu, untuk memenuhi kebutuhan dasar pengungsi setiap harinya, BPBD juga telah membuka dapur umum di masing-masing lokasi pengungsian.

 

Pandemi Covid-19

 

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang, kasus positif Covid-19 pertama yang ditemukan di Kabupaten Magelang adalah pada tanggal 15 Maret 2020. Semenjak saat itu angka positif Covid-19 terus menunjukkan tren peningkatan.

Berdasarkan data dari Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten Magelang, sampai dengan penghujung tahun 2020 dilaporkan pasien meninggal dunia terkonfirmasi positif Covid-19 di Kabupaten Magelang hingga, mencapai 145 orang. Dari 21 kecamatan, semua terdapat pasien meninggal. Tertinggi berasal dari Kecamatan Mertoyudan yang mencapai 25 dan Mungkid 15 orang serta Kecamatan Secang ada 13 orang.

 

Untuk pasien terkonfirmasi yang masih dalam penyembuhan, mencapai 1.448 orang. Sebanyak 205 diantaranya, dirawat di sejumlah rumah sakit. Sedang sisanya sebanyak 1.243 orang, menjalani isolasi mandiri. Pasien terkonfirmasi yang sembuh, mencapai 4.408 orang. Jumlah kumulatifnya mencapai 6.001 orang.

GALERI FOTO

Agenda

Tidak ada acara