Tren
Bencana 5 Tahun Terakhir
Data dari Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang menunjukkan sejak tahun
2015 hingga 2020 kejadian bencana di Kabupaten Magelang mengalami fluktuasi
secara jumlah. Tahun 2015 hingga 2019 secara umum terjadi kenaikan, namun
kenaikan paling signifikan terjadi dari tahun 2018 ke tahun 2019, bertambah sebanyak
177 kejadian bencana. Tren penurunan cukup tajam justru terjadi dari tahun 2019
ke tahun 2020, dari 624 kali menjadi 417 kali kejadian bencana.
Memasuki
triwulan terakhir di Tahun 2020, kejadian bencana hidrometeorologi mendominasi
bencana di Kabupaten Magelang. Lebih dari 79% kejadian bencana yang terjadi
merupakan bencana hidrometeorologi. Masing-masing tanah longsor 54%, angin
kencang 24%, dan banjir 1%. Selama
Januari - Desember 2020, telah terjadi 428 kejadian bencana yang menyebabkan 8
orang luka - luka dan lebih dari 800 orang mengungsi & terdampak. Selain
menyebabkan korban jiwa, bencana yang terjadi juga menyebabkan kerusakan
materiil diantaranya sebanyak 320 unit rumah rusak (16 unit rusak berat, 25
unit rusak sedang, dan 279 unit rusak ringan).
Bencana Hidrometeorologi
Tahun 2020
ini, kejadian tanah longsor merupakan kejadian yang paling banyak terjadi di Kabupaten
Magelang. Tercatat sebanyak 253 kali kejadian bencana tanah longsor. Angin
kencang/puting beliung terjadi sebanyak 103 kali dan banjir terjadi sebanyak 3
kali. Kejadian bencana hidrometeorologi ini terjadi hampir di seluruh kecamatan
di Kabupaten Magelang, dikarenakan Kabupaten Magelang memiliki musim penghujan yang
lebih lama ditambah lagi dengan adanya fenomena La Nina di akhir tahun yang dapat meningkatkan akumulasi curah
hujan yang dapat memicu terjadinya bencana hidrometeorologi menjadi semakin
sering terjadi.
Menurut BMKG,
musim hujan tahun 2020/2021 diwarnai oleh fenomena iklim global La Nina yang
terjadi sejak awal Oktober 2020 dan diperkirakan berlangsung hingga April 2021
dengan intensitas La Nina lemah hingga moderat. Terkait dengan hal itu,
diperkirakan Kabupaten Magelang akan mengalami curah hujan di atas normal pada
musim hujan 2020/2021. Fenomena La Nina
dapat menimbulkan dampak terjadinya bencana hidrometeorologi seperti banjir,
tanah longsor, angin kencang, dan angin puting beliung.
Hal yang menjadi faktor
penyebab lain adalah topografi wilayah Kabupaten Magelang yang beragam. Secara
umum Kabupaten Magelang memiliki Topografi datar 8.599 Ha, bergelombang 44.784
Ha, curam 41.037 Ha dan sangat curam 14.155 Ha. Terletak di ketinggian antara
200 – 1300 mdpl dengan ketinggian rata-rata 360 mdpl. Morfologi berbentuk basin
(cekungan) yang dikelilingi 5 gunung (Merapi, Merbabu, Andong, Telomoyo, dan
Sumbing) dan 1 pegunungan yakni Pegunungan Menoreh memanjang dari selatan
(Kecamatan Borobudur) hingga barat daya (Kecamatan Salaman) wilayah. Kondisi
demikian memicu banyaknya kejadian tanah longsor di Kabupaten Magelang.
Kecamatan Salaman
menjadi daerah paling sering terjadi tanah longsor, sejumlah 48 kali, kemudian
Kecamatan Kajoran 38 kali, Kecamatan Borobudur 32 kali. Hampir seluruh
kecamatan pernah terjadi tanah longsor kecuali Kecamatan Salam dan Kecamatan
Srumbung. Sementara itu Kecamatan Mertoyudan menjadi daerah dengan kejadian
angin kencang paling banyak, yakni 17 kali. Diikuti Kecamatan Borobudur 10
kali. Hanya Kecamatan Grabag yang nihil kejadian angin kencang.
Kenaikan Status Gunung Merapi
Selain bencana
hidrometeorologi, aktivitas vulkanik juga mengalami peningkatan, dalam hal ini
adalah Gunung Merapi. Sejak dinaikkannya status dari normal (level I) menjadi
waspada (level II) oleh Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi
Kebencanaan Geologi (BPPTKG) pada 21 Mei 2018 silam, Merapi terus menunjukkan
aktifitasnya. Hingga pada tanggal 5 November 2020 pukul 12.00 WIB dinaikkan
statusnya menjadi siaga (level III). BPPTKG mencatat telah terjadi letusan
sebanyak 11 kali pada tahun 2020 ini.
BPPTKG juga telah merilis rekomendasi prakiraan daerah bahaya di
Kabupaten Magelang yaitu Desa Ngargomulyo, Desa Krinjing, dan Desa Paten,
Kecamatan Dukun untuk mengungsi. Menindaklanjuti hal tersebut BPBD telah
mengerahkan sumber daya yang dimiliki & terus berkoordinasi dengan seluruh
sektor penanggulangan bencana di Kabupaten Magelang untuk memastikan evakuasi
pengungsi berjalan dengan lancar dan para pengungsi terlayani dengan baik.
Pada status Siaga (Level III) tersebut pengungsi diprioritaskan pada
kelompok rentan meliputi Ibu hamil, anak-anak, penyandang disabilitas, dan
lansia. Dari data yang dihimpun oleh Pusdalops BPBD Kabupaten Magelang sampai
dengan hari ini Rabu (11/11) jumlah pengungsi kelompok rentan berserta
pendamping yang sudah melakukan evakuasi yaitu 836 orang. Dengan rincian
pengungsi dari Desa Krinjing menuju TEA Desa Deyangan yaitu sebanyak 117 orang,
Desa Ngargomulyo menuju TEA Desa Tamanagung sebanyak 145 orang serta Desa Paten
menuju TEA Desa Banyurojo dan Mertoyudan yaitu 442 orang, dan Desa Ngargomulyo
menuju TEA Desa Ngrajek sebanyak 132 orang.
Pemerintah Kabupaten Magelang memastikan semua pengungsi terlayani
secara baik di tengah Pandemi Covid-19 ini dengan menerapkan protokol kesehatan
yang ketat, antara lain pelaksanaan rapid test, pengecekan kesehatan secara
rutin dan penggunaan sekat-sekat pembatas ruangan untuk masing-masing keluarga
di tempat pengungsian. Selain itu, untuk memenuhi kebutuhan dasar pengungsi
setiap harinya, BPBD juga telah membuka dapur umum di masing-masing lokasi
pengungsian.
Pandemi Covid-19
Berdasarkan data Dinas
Kesehatan Kabupaten Magelang, kasus positif Covid-19 pertama yang ditemukan di
Kabupaten Magelang adalah pada tanggal 15 Maret 2020. Semenjak saat itu angka
positif Covid-19 terus menunjukkan tren peningkatan.
Berdasarkan data dari Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten Magelang, sampai
dengan penghujung tahun 2020 dilaporkan pasien meninggal dunia terkonfirmasi positif Covid-19
di Kabupaten Magelang hingga, mencapai 145 orang. Dari 21 kecamatan, semua
terdapat pasien meninggal. Tertinggi berasal dari Kecamatan Mertoyudan yang
mencapai 25 dan Mungkid 15 orang serta Kecamatan Secang ada 13 orang.
Untuk pasien
terkonfirmasi yang masih dalam penyembuhan, mencapai 1.448 orang. Sebanyak 205
diantaranya, dirawat di sejumlah rumah sakit. Sedang sisanya sebanyak 1.243
orang, menjalani isolasi mandiri. Pasien terkonfirmasi yang sembuh, mencapai 4.408
orang. Jumlah kumulatifnya mencapai 6.001 orang.
Created At : 2021-01-12 00:00:00 Oleh : MUFLICHAH ROYCHANI Berita Utama Dibaca : 7303