KOMPETISI INOVASI MISTERI PENGANTIN PASESO (PASEDULURAN DESO) MERAPI TAHUN 2018


Created At : 2018-08-03 00:00:00 Oleh : MUFLICHAH ROYCHANI Artikel Dibaca : 1006

  

Magelang, 3/8/18

Bertempat di Gedung B Setda Provinsi Jawa Tengah dilaksanakan presentasi  dan wawancara kompetisi inovasi pelayanan publik ( KIPP ) tahun 2018 pada hari kamis, 2 agustus 2018 kemarin dimana para peserta presentasi adalah  mereka yang diajukan oleh Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota dan BUMD se Jawa Tengah.

BPBD Kabupaten yang lolos seleksi tahap pertama dengan mengajukan proposal berjudul  “Misteri Pengantin Paseso Merapi”  yaitu sebuah program penanggulangan bencana erupsi Merapi berupa program  paseduluran deso yang telah digagas dan dilaksanakan semenjak tahun 2013 dan sudah masuk RPJMD Kabupaten Magelang hingga tahun 2019.

Dalam presentasinya Drs. Edy Susanto selaku Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Magelang menerangkan Paseso ( Paseduluran Deso ) meliputi latar belakang, analisa masalah, keunikan/kebaruan, impelementasi, dampak, serta keberlanjutan dan replika yang kemudian dilanjutkan dengan pemutaran video berdurasi 3 menit serta wawancara yang secara keseluruhan hanya diberikan waktu sekitar 30 menit.

Tujuan dari kegiatan kompetensi inovasi pelayanan publik adalah menjaring, mendokumentasikan, mendesiminasi dan mempromosikan inovasi sebagai upaya percepatan peningkatan kualitas pelayanan publik serta memberikan apresiasi bagi pelayanan publik yang inovasinya ditetapkan sebagai top inovasi pelayanan publik

Hasil seleksi dan wawancara akan diambil 10 inovasi terbaik yang akan menerima penghargaan dari Gubernur Jawa Tengah pada acara pesta rakyat Jawa Tengah tanggal 18 Agustus 2018 di Kabupaten Pemalang dan untuk inovasi terbaik akan mewakili Jawa Tengah ke tingkat nasional.

Tim penilai sendiri berasal dari unsur akademisi, lembaga donor, lembaga pembinaan dan perlindungan konsumen ( LP2K ) Jawa Tengah serta dari staf khusus Gubernur.

Seperti kita ketahui Sistem “Paseduluran Deso” ini adalah sebuah konsep yang diharapkan mampu menjawab manajemen buruk dari pengelolaan bencana selama ini. Dengan harapan sistem ini mampu menciptakan “perasaan nyaman di zona aman”, untuk mencapai tujuan tersebut, ada 2 hal yang terpenuhi, yaitu :

1.      Technical engineering

2.      Social engineering

Techinal Enginering dibutuhkan untuk membangun sarana-sarana pendukung seperti tempat penampungan untuk sumberdaya ekonomi warga desa terkena bencana di desa penyangga (lokasi penampungan hewan ternak), jalur evakuasi terencana dan prasarana-prasarana lain. Sedangkan Social engineering merupakan alat untuk membangun paradigma baru di tingkat warga dalam menghadapi bencana. ( Admin )

GALERI FOTO

Agenda

Tidak ada acara